Pandangan Hidup dan Ideology
A.
Pandangan
Hidup
Pandangan hidup adalah suatu hal yang
dijadikan sebagai pedoman hidup, pegangan, dan arahan, dimana dengan aturan aturan yang di
buat untuk mencapai tujuan hidup yang di cita citakan.
Sumber pandangan
hidup :
a. Pandangan
hidup dari agama dan kepercayaan, sumber pandangan hidup ini dinyatakan sebagai
sumber pandangan hidup karena kepercayaan adalah suatu pegangan hidup manusia untuk
mencapai tujuan hidup yang lebih baik dan pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
b. Pandangan
hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norms yang
terdapat pada negara tersebut.
c. Pandangan
hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
B.
Pengertian Ideologi
Setelah mengamati dari beberapa
pengertian tentang Ideologi didapatkan kesimpulan bahwa, Ideologi adalah
pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode
untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga
pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain
dan metode untuk menyebarkannya.
Dinilai dari jenisnya, Hak Ideologi dibagi
menjadi dua yaitu:
Ø
Ideology terbuka
Ideologi terbuka bersifat inklusif,
tidak totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok
orang. Ideologi terbuka hanya berada dalam sistem pemerintahan yang demokratis.
Ideologi terbuka merupakan ideologi yang hanya berisi suatu orientasi dasar,
sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan norma-norma sosial-politik
selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang
berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita yang akan dicapai tidak dapat
ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis.
Ø
Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan
dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan
sosial, yang dinyatakan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi,
melainkan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh
dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain.
Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan
Apriori, dogmatis berarti mempercayai suatu keadaan tanpa data yang valid,
sedangkan apriori , yaitu berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan.
ideologi tertutup tersebut dipaksakan berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang
di atur oleh masyarakat elit tertentu atau kelompok masyarakat , yang berarti
bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang totaliter. bersifat totaliter
berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan.
Dari arti kedua Ideologi ini, perbedaannya
adalah Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat
dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang, artnya bahwa sistem ini
bersifat demokratis dan terbuka, sedangkan Ideologi tertutup bersifat otoriter
(negara berlaku sebagai penguasa) dan totaliter, arti dari totaliter itu
sendiri adalah bahwa pemerintahan dengan kekuasaannya mempunyai hak mutlak
untuk mengatur di segala bidang aspek yang ada.
Cita-cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang
disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam
pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau
diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita merupakan
semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, cita-cita merupakan
keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum
mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Disini persyratan
dan kemampuan tidak/belum dipenuhi sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita
tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita-cita ingin menjadi
dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya
kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita
dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu.
Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal ini tergantung dari
tiga faktor :
1. Manusianya, yaitu yang memiliki cita-cita
2. Kondisi yang dihadapi selama mencapai apa
yang dicita-citakan
3. Seberapa tinggikah cita-cita yang hendak
dicapai
Faktor
manusia yang mau mencapai cta-cita ditentukan oleh
kualitas manusianya. Ada yang tidak berkemauan, sehingga apa yang
dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa
anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang
akan dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampunnya sendiri.
Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa yang di
cita-citakan. Cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh suatu
perjuangan hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita- cita
merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya
puas.
Faktor
Kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada
umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang
menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita- cita,
sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya
suatu cita-cita.
Faktor
tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai
cita- cita. Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita-citanya
setinggi bintang dilangit. Tetapi
bagaimana faktor manusianya, mampukah yang bersangkutan mencapainya, demikian
juga faktor kondisinya memungkinkan hal itu. Apakah dapat merupakan pendorong
atau penghalang cita-cita. Sementara ada anjuran, agar seseorang menemukan
cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemampuannya. Pepatah mengatakan
“bayang-bayang setinggi badan” artinya mencapai cita-cita sesuai dengan
kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang secara
bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan penuh
perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang
dilalui.
Suatu cita-cita tidak hanya dimiliki oleh
individu, masyarakat dan bangsapun memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu
bangsa merupakan keinginan atau tujuan suatu bangsa. Misalnya bangsa Indonesia
mendirikan suatu negara yang merupakan sarana untuk menjadi suatu bangsa yang
masyarakatnya memiliki keadilan dan kemakmuran.
Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan moral, perbuatan yang sesuai
dengan norma- norma agama, dan etika. Manusia berbuat baik, karena menurut
kodratnya manusia itu baik, makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya
manusia cenderung berbuat baik.
Manusia
adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur
terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai
pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, seringkali manusia tidak mengenal
kebajikan. Manusia merupakan makhluk sosial : manusia
hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling
menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling
membenci, saling merugikan dan sebagainya.
Manusia
sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan.
Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya
seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Untuk melihat apa itu
kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi yaitu:
a. Manusia sebagai makhluk pribadi
b. Manusia sebagai anggota masyarakat
c. Manusia sebagai makhluk Tuhan
Sebagai makhluk
pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang yang baik dan apa yang yang
buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati adalah semacam bisikan didalam
hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan menentukan baik buruknya
suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku. Jadi sura hati dapat merupakan
hakim untuk diri sendiri. Sebab itu, nilai suara hati amat besar dan penting
dalam hidup manusia. Misalnya orang tahu bahwa membunuh itu buruk, jahat, suara
hatinya mengatakan demikian, namun manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara
hatinya.
Suara hati selalu
memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang baik
bagi dirinya. Oleh karana itu, kalau seseorang untuk berbuat sesuatu
sesuai dengan bisikan suara hatinya,
maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Karena merupakan anggota
masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan suara masyarakat.Setiap
masyarakat adalah kumpulan pribadi- pribadi, sehingga setiap suara masyarakat
pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat
itu. Sebagaimana sura hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginan yang baik,
maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi itu pun pasti suara hatinya
juga menginginkan yang baik.
Sesuatu yang baik
bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi dapat saja
terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/ masyarakat tidak baik
bagi salah seorang atau segelintir orang didalamnya atau sebaliknya. Dengan
demikian seseorang harus tunduk kepada apa yang baik bagi masyarakat umum.
Sebagai makhluk
Tuhan, manusiapun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu
membisikan agar manusia berbuat baik dan menghilangkan perbuatan yang tidak
baik. Jadi untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengar pula suara
Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum
agama.
Jadi kebajikan itu
adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan
hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertinkah
laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang
bagi yang melihatnya.
Baik buruk,
kebajikan dan ketidak bajikan menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman. Banyak
hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidak bajikan.
Namun ada pula
kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung kebajikan. Kebajikan semu ini
sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud mencari
keuntungan diri sendiri.Kebajikan nyata dapat dirasakan dalam tingkah lakunya,
karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki
tingkah laku sendiri-sendiri sehingga tingkah laku setiap orang berbeda
beda.
Faktor-faktor yang
menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal :
1.
Faktor pembawaan (heriditas) yang telah
ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal
yang diturunkan oleh orang tua. Tetapi mengapa mereka yang saudara sekandung
tidak memiliki pembawaan yang sama. Hal ini disebabkan karena sel-sel benih
yang mengandung faktor-faktor penentu (determinan) berjumlah sangat banyak,
pada saat konsepsi saling berkombinasi dengan cara bermacam-macam sehingga
menghasilkan anak yang bermacam-macam juga (prinsip variasi dalam keturunan).
Namun mereka yang bersaudara memperlihatkan kecondongan kearah rata-rata, yaitu
sifat rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara sekandung (prinsip
regresi filial). Pada masa konsepsi atau pembuahan itulah terjadi pembentukan
temperamen seseorang.
2.
Faktor lingkungan (environment), lingkungan
yang membentuk seseorang merupakan alam kedua yang terjadinya setelah seorang
anak lahir (masa pembentukan seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan
alam pertama). Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga orang tua maupun
anak-anak yang lebih tua merupakan panutan seseorang, sehingga bila yang dianut
sebagai teladan berbuat yang baik-baik, maka si anak yang tengah membentuk diri
pribadinya akan baik juga. Dalam lingkungan sekolah yang menjadi panutan utama
adalah guru, sementara itu teman- temansekolah kita ikut serta memberikan
andilnya.
3.
Faktor pengalaman yang khas yang pernah
diperoleh, Baik pengalaman pahit yang sifatnya negatif, maupun pengalaman manis
yang sifatnya positif,memberikan pada manusia bekal yang selalu dipergunakan
sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan. Mungkin sekali bahwa
berdasarkan hati nurani seseorang mau menolong orang kesusahan, tetapi karena
pernah memperoleh pengalaman pahit waktu mau menolong orang dalam kesusahan,
tetapi karena niat baiknya itu tertahan, sehingga diurungkan untuk membantu.
Belajar hidup dari pengalaman inilah yang merupakan pembentukan budaya dalam
diri seseorang.
Dalam prakteknya, diri ketiga faktor
diatas, yaitu heriditas, lingkungan, dan pengalaman , manakah yang paling
dominan, sulit diberikan jawaban karena ketiga-tiganya terjalin erat sekali.
Disamping itu ketiga faktor tersebut dalam membentuk pribadi seseorang berbeda
kekuatannya dengan pembentukan pada pribadi lain.
Usaha
atau perjuangan
Usaha/perjuangan
adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk
kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan untuk
hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha / perjuangan, manusia tidak
dapat hidup sempurna. Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja
keras.
Kerja keras itu dapat dilakuan dengan otak /
ilmu maupun dengan tenaga/ jasmani, atau kedua-duanya. Para ilmuwan lebih
banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya dari pada dengan jasmaninya.
Sebaliknya para buruh, petani lebih banyak menggunakan jasmani dari pada
otaknya. Para tukang dan para ahli lebih banyak menggunakan kedua-duanya otak
dan jasmani dari pada salah satunya. Para politikus lebih banyak kerja otak
dari pada jasmani, sebaliknya prajurit lebih banyak kerja jasmani dari pada
otak.
Kerja keras pada
dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya
pemalas membuat manusia miskin, melarat, dan berarti menjatuhkan harkat dan
martabatnya sendiri.karena itu tidak boleh bermalas-malas, bersatai-santai
dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia mengatur
waktunya itu.
Dalam agamapun
diperintahkan untuk kerja keras, sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar
Muhammad S.A.W yang ditunjuk kepada para pengikutnya “Bekerjalah kamu
seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu
akan mati besok”.
Untuk kerja keras
manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul
perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan
itu terbatas pada fisik dan keahlian / ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik
lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih
banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ketrampilan /
keahlian. Karena itu mencari ilmu dan keahlian
/ ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan
sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam pendidikan
dikatakan sebagai “Long life education”.
Karena manusia itu
mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan (cinta kasih) antara sesama
manusia, maka ketidak mampuan akan kemampuan terbatas yang menimbulkan
perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara tolong menolong,
bergotong royong. Apabila sistem ini diangkat ketingkat organisasi negara, maka
negara akan mengatur usaha / perjuangan warga negaranya sedemian rupa, sehingga
perbedaan tingkat kemakmuran antara sesama warga negara dapat dihilangkan atau
tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui pandangan hidu
/idiologi yang dianut oleh suatu negara.
Keyakinan
atau Kepercayaan
Keyakinan/kepercayaan
yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari kata akal atau kekuasaan Tuhan.
Menurut
Prof. Dr. Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat yaitu:
1.
Aliran naturalism
2.
Aliran intelektualisme
3.
Aliran gabungan
1.
Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan
kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur,
dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah
yang tertinggi. Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya,
secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia sebagai makhluk tidak mampu menguasai
alam ini, karana manusia itu lemah. Manusia hanya dapat berusaha/berencana
tetapi Tuhan yang menentukan.
Aliran naturalisme berintikan spekulasi,
mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar, yang
benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada maka kita katakan Tuhan
ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah
kekuasaan tertinggi, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, karana itu manusia
mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama
ada dua macam yaitu :
a.
Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh
Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak (absolut),
terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak
berubah-ubah .
b.
Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama yaitu
sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas). Ajaran agama dari
pemuka-pemuka agama termasuk kebudayaaan terdapat dalam buku-buku agama yang
ditulis oleh pemuka-pemuka agama, Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan jaman.
Apabila
aliran naturalisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan
manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi pandangan hidup dilandasi oleh
ajaran-ajaran Tuhan melalui agamanya. Manusia yakin bahwa kebajikan itu
diridhoi oleh Tuhan pandangan hidup yang dilandasi keyakinan bahwa Tuhanlah
kekuasaan yang tertinggi, yang menentukan segala-galanya disebut pandangan
hidup religius (keagamaan) .
2.
Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini
logika / akal. Manusia mengutamakan akal, dengan akal manusia berpikir, mana
yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun bertentangan dengan kekuatan
hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal) kebajikan itu
dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi. Teknologi adalah
alat bantu mencapai kebajikan yang maksimal, walaupun mungkin teknologi memberi
akibat yang bertentangan dengan hati nurani.
Akal berasal dari
bahasa Arab, artinya kalbu, yang berpusat di hati, sehingga timbul istilah
“hati nurani”, artinya daya rasa. Di barat hati nurani ini menipis, justru yang
menonjol adalah akal yaitu logika berpikir. Karena itu aliran ini banyak dianut
di kalangan barat. Di timur orang mengutamakan hati nurani yang baik menurut
akal belum tentu baik menurut hati nurani.
Apabila aliran ini
dihubungkan dengan pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan manusia itu
bermula dari akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran
yang diterima akal. Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa
kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu teknologi). Pandangan hidup
ini disebut liberalisme. Kebebasan akal menimbulkan kebebasan bertingkah laku
dan berbuat, walaupun tingkah laku dan perbuatan itu bertentangan dengan hati
nurani. Kebebasan akal lebih ditekankan pada setiap individu. Karena itu
individu yang berakal (berilmu dan berteknologi tinggi) dapat menguasai
individu yang berpikir rendah (bodoh).
3.
Aliran Gabungan
Dasar aliran ini
ialah kekuatan gaib dan juga akal, kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal
dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah
dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu
dunilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir maupun sebagai rasa (hati
nurani). Jadi apa yang benar menurut logika berpikir juga dapat diterima oleh
hati nurani.
Apabila aliran ini
dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbul dua kemungkinan pandangan
hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan
hati nurani dinomer duakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak
menentukan , dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir
individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini
disebut sosialisme.
Apabila dasar
keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua- duanya mendasari
keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai logika berpikir maupun
sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik secara individual maupun
secara kolektif pandangan hidup ini disebut sosialisme. Religius. Kebajikan
yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat diterima
oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.
Berdasarkan
pokok pembahasan diatas, pandangan hidup yang baik adalah suatu pegangan hidup
yang berlandaskan 2 sumber yaitu agama, ideology agar mencapai tujuan hidup
yang kita inginkan.
Yang menjadi cita-cita saya adalah keinginan untuk mencapai puncak
tertinggi selama masa kehidupan saya. Saya ingin menjadi orang yang bisa
membuat orang lain bahagia jika berada disekitar saya, terutama orang-orang
terdekat saya yaitu orang tua. Keinginan untuk menolong orang banyak tanpa
pamrih. Yang pasti berguna bagi Bangsa dan agama.
Usaha yang saya lakukan untuk mencapai cita-cita tersebut
saya harus bekerja keras sesuai dengan
kemampuan dan keatrampilan yang saya miliki agar semua cita-cita saya terwujud.
Selama hidup saya sampai saat ini, mungkin masih belum ada
yang saya berikan kepada sesama. Hanya saja ada dalam ukuran kecil yang masih
belum ternilai harganya. Dan dari ketrampilan atau keahlian, saya hanya
memberikan semampunya saja apa yang saya bisa.